Alqur’an Dalam Membedakan Antara Penanggalan Masehi Dan Hijriyah

Alqur’an telah mengisyaratkan kepada kita tentang perbedaan antara penanggalan dengan hitungan matahari ( Syamsiyah atau tahun masehi ) dan penanggalan dengan hitungan bulan ( tahun Qomariyah atau tahun Hijriyah ).

Pada waktu Allah ‘Azza Wajalla menyebutkan kisah “Ashabul Kahfi” dijelaskan bahwa mereka tidur di dalam sebuah gua di atas gunung bersama anjing mereka dalam waktu yang yang sangat lama.
Dalam kisah tersebut disebutkan lama waktu tidur mereka, dimana Allah Ta’ala menyebutkan bahwa mereka tidur selama 300 tahun ditambah 9 tahun.

Setelah diperhatikan ternyata Allah Ta’ala menyebutkan waktu tidur mereka dengan dua hitungan penanggalan :

1. Dengan penanggalan hitungan Syamsiyah ( hitungan matahari atau masehi )
2. Dengan penanggalan hitungan Qomariyah (Hijriyah )

Karena setiap 100 tahun Syamsiyah sama dengan 100 tahun qomariyah ditambah 3 tahun (= 103 tahun ). Maka setiap 300 tahun masehi, maka penanggalan qomariyah ditambah 9 tahun ( menjadi 109 tahun)

Allah Ta’ala berfirman :

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلاَثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا

Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). ( al-Kahfi : 25)

Sedangkan orang arab dahulu hanya mengetahui penanggalan tahun qomariyah, karena mereka adalah orang – orang yang tidak bisa baca – tulis. Adapun penanggalan tahun syamsiyah tidaklah diketahui di kalangan mereka. Lebih – lebih membandingkan antara penanggalan tahun syamsiyah dengan penanggalan tahun qomariyah.

Isyarat yang teliti antara beda penanggalan matahari dengan bulan ini menunjukkan bahwa kitab ini datang dari Allah ‘Azza Wajalla.

Imam Qurtubi rahimahullah berkata :
“An-Naqqosy menghikayatkan yang maknanya bahwa mereka ( Ashabul Kahfi ) tidur 300 tahun syamsiyah ( hitungan matahari ) dengan menghitung hari. Oleh karena yang diberi kabar di sini adalah Nabi yang berasal dari arab ( Nabi Muhammad ) maka disebutlah 9, karena yang difahami olehnya adalah tahun qomariyah ( hitungan bulan ). Tambahan sembilan ini adalah beda antara dua hitungan tahun. Al-Ghoznawi juga menyebutkan seperti itu, yaitu : beda antara tahun hitungan matahari dengan hitungan bulan, karena beda keduanya pada setiap 33 tahun dan sepertiga tahun adalah 1 tahun. Maka setiap 300 tahun beda 9 tahun” ( Tafsir Qurtubi 10/335 )

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“ Ini adalah kabar dari Allah Ta’ala untuk RasulNya tentang lama waktu tinggalnya Ashabul Kahfi di dalam gua, dari semenjak ditidurkan oleh Allah Ta’ala sampai dibangunkan lagi dan bertemu dengan orang – orang di zaman itu. Lama waktunya adalah 309 tahun dengan hitungan bulan, sama dengan 300 tahun dengan hitungan matahari. Karena beda antara tahun hitungan matahari dengan hitungan bulan pada setiap 100 tahun adalah 3 tahun. Oleh karena Allah menjelaskan : setelah 300 tahun ditambah sembilan”. ( Tafsir Ibnu Katsir : 3/109 )

Ibnu ‘Asyur berkata :
“Maknanya adalah bahwa tinggalnya mereka di dalam gua ditentukan sebanyak 309 tahun tahun. Diuraikan dengan jumlah ini, yaitu 300 tahun ditambah 9 adalah untuk diketahui bahwa penanggalan adalah dengan hitungan bulan dimana dia sesuai dengan penanggalan sejarah arab dan Islam. Dan juga sebagai isyarat bahwa jumlah itu sesuai kadarnya dengan tahun hitungan matahari yang dipakai oleh penduduk Romawi, dimana Ashabul Kahfi adalah dari Romawi.
As-Suhaili berkata : “Orang – orang Nashrani mengetahui kisah Ashabul Kahfi dan memberi penanggalan dengannya”
Ibnu ‘Asyur juga berkata :Saya katakan bahwa orang – orang yahudi yang mengajari orang Quraisy bertanya tentang Ashabul Kahfi (kepada Nabi), mereka menentukan penanggalan bulan dengan hitungan qomariyah (hitungan bulan) dan menentukan penanggalan tahun dengan hitungan siklus matahari. Selisih perbedaan jumlah hari dalam setahun antara tahun qomariyah dengan tahun syamsiyah, menghasilkan satu tahun penuh tahun qomariyah di setiap 33 tahun syamsiyah.Maka jadilah selisih antara keduanya pada setiap 100 tahun menjadi 3 tahun qomariyah. Itulah nukilan Ibnu ‘Athiyah dari An-Naqqosy, seorang ahli tafsir..” ( Attahrir wat Tanwir : 1/2535 )

( Abu Maryam, diambil dari kitab Dalailul Islam oleh : Dr.Ahmad ibn Sa’ad al-Ghomidi )

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ISLAM BERWAWASAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger